Yogyakarta tiap sudutnya adalah kenangan. Sedih, senang, kecewa, bahagia, marah, lelah, rindu, semuanya masih lengkap di sana.
Kalau mereka protes Yogyakarta tidak seindah itu terlihat. Ya, tidak apa-apa. Aku tidak menyalahkan mereka. Definisinya kan relatif, tidak statis.
Bagiku Yogyakarta masih sama. Kota sejuta kenangan. Tiap sudutnya masih sama.
Yogyakarta 20 tahun yang lalu hingga saat ini hanya terus bertumbuh. Tumbuh bersama kenangan yang ikut terpupuk tumbuh di sana. Bersama waktu sampai nanti ia abadi di sana, di setiap sudutnya.
Sekali pun banyak yang berubah, aku yakin, Yogyakarta dan segala waktu yang pernah hidup di dalamnya akan tetap abadi.