Kembali ke kenyataan adalah hal paling terakhir yang aku inginkan saat ini. Setelah semua goresan pena di kertas. Setelah semua cetak tinta di buku. Setelah ribuan dialog yang ku dengar dan ku baca. Setelah ratusan adegan yang ku lihat. Dari semua fiksi dan cerita yang aku dalami beberapa waktu terakhir. Aku benci untuk sadar dan kembali.
Hatiku menolak. Pikirku memberontak. Rasaku merengek. Aku tidak mau.
Aku tidak terima dihantam keras oleh kenyataan. Kenyataan bahwa waktu terus berjalan, menjauh. Membuat jarak dari segala yang aku cintai. Aku benci mengtahui bahwa aku terus merasa berantakan. Porak poranda. Layaknya kapal karam yang tak lagi bisa diperbaiki. Tenggelam. Lalu perlahan hilang dari peradaban. Aku benci orang-orang di sekitarku. Di duniaku yang sesungguhnya. Mereka yang bersuara namun tak bisa ku dengar. Dunia yang bising tapi terus terasa hampa. Sepi.
Aku terus kembali. Tenggelam ke dalam fantasi alam bawah sadarku. Terenggut oleh dalamnya pikiranku. Termakan oleh suara dalam otakku.
Tak bisa lari. Ragaku ada, tapi jiwaku hilang. Kenyataan ini semu atau kah fantasiku nyata?. Dan apakah orang-orang itu sadar atas keberadaan dan kehilanganku? Atau kah benar mereka mengabaikanku?. Aku rasa aku jadi ingin tahu.