Jumat, 17 Mei 2019

A Book about Loving Yourself: KATA.

Identitas Buku

Judul: Kata
Pengarang: Rintik Sedu
Penerbit: Gagas Media
Halaman: 404
Tahun Terbit: 2018

Review

Kata menceritakan pentingnya komunikasi.

Binta seorang mahasiswa komunikasi yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Ia menutup dirinya karena kehilangan ayah dan sahabat masa kecilnya, Biru. Ia merasa semesta membencinya dan merasa mampu melakukan semuanya sendiri.

Suatu hari Ia dipertemukan oleh Nugraha oleh sahabatnya, Cahyo. Namun, Ia menolaknya. Nugraha seorang mahasiswa arsitektur program internasional, tidak menyarah walaupun Binta berkali-kali menolaknya. Sebaliknya, Nugraha malah semakin menyayangi Binta dengan segala kekurangannya.

Cinta tidak memilih kepada siapa Ia dijatuhkan. Nugraha hanya jatuh cinta kepada Binta semakin dalam setiap harinya semakin Nug mengenal Binta. Walaupun Nug tahu jauh di dalam hati Binta hanya ada Biru.

Biru seorang laki-laki yang tak pernah memiliki tujuan. Seorang petualang sejati tanpa rumah. Ia hanya punya satu rumah yang Ia tahu: Binta. Biru menyayangi Binta namun tidak dapat membiarkan Binta bersamanya karena Ia tidak mampu membahagiakan Binta. Hal itu hanya terus menyakiti Biru dan Binta. Banda Neira menjadi saksi perpisahan Biru dengan Binta.

Ketika akhirnya mereka semua dipertemukan tidak ada kata yang keluar. Binta enggan bicara dan mendengar, Biru enggan bertanya apa yang Binta rasakan setelah Ia kembali kepadanya, sementara Nug ingin menjelaskan namun tak sampai.

Buku ini memiliki banyak pelajaran hidup. Pelajaran tentang menerima diri sendiri dan jujur pada diri sendiri. Buku ini menitikberatkan pada bagaimana komunikasi antar manusia itu penting biarpun kecewa kita sudah terlalu besar. Buku ini penuh pelajaran tentang mencintai, kesabaran, usaha, kejujuran, emosi, memaafkan, dan melepaskan.

Buku ini memiliki emosi yang jujur. Mampu mematahkan dan membuat utuh kembali hati pembaca. Buku ini menjelaskan roller coaster emosi sebenarnya dari sebuah kehidupan manusia.

Buku Kata memiliki bahasa yang ringan, karena menyasar pada remaja. Namun demikian keberadaannya tidak hanya mampu dinikmati para remaja tetapi juga orang dewasa.

Buku ini menjadi salah satu bacaan yang wajib dibaca dengan banyaknya pelajaran di yang dapat diambil di dalamnya.

Reviewer: nayaast.

Share:

Minggu, 21 April 2019

(S)empa(T)emu.

Aku berdiri di dekat pintu masuk kamarnya. Enggan masuk lebih dalam, namun enggan juga untuk keluar.

Sore yang hangat. Matahari mulai turun, dan langit mulai berdenyar jingga. Tidak ada hujan sore ini. "Alhamdulillah, langit berpihak pada kami hari ini", ujarku dalam hati.

Hari ini empat sekawan berkumpul lagi di satu tempat. Aku tersenyum. Aku bersyukur melihat kami yang sudah sangat jauh dipisahkan oleh waktu, kembali bersama lagi di waktu dan tempat yang sama.

"Lo ngapain berdiri di situ aja, Pras?", ujar Theo melihatku yang belum beranjak dari depan pintu.

"Oh, engga, gua mikir akhirnya kita kumpul lagi ya. Bersyukur walaupun tetap sedih. Udah lewat banyak masa kita".

Kita tertawa, tapi tetap hilang satu suara. Agga.

Mata kami menatapnya. Sudah lama tidak bertemu, Ia tidak banyak berubah. Bahkan sampai sekarang Agga yang masih mempersatukan kami di kamar rawatnya, biar pun kami telah terpisah ribuan mil jauhnya. Akhirnya waktu membersamai kami.

Kami bertiga masih menatap Agga dalam diam, tapi mungkin kami mengucapkan kalimat yang sama dalam pikiran kami, "seandainya di waktu sebelum ini kami sempatkan bertemu kembali biar pun hanya sebentar, di mall dekat rumah, di kota tempat singgah. Seandainya kami sempatkan waktu untuk saling menyapa sebentar, apakah semua akan berubah? Apakah penyesalan ini sedikit berkurang?".

"Agga, cepat bangun, kami rindu. Ayo, kumpul lagi berempat di kedai kopi favoritmu", aku tersenyum sambil mengusap kepala Agga, "dan maafkan kami baru bisa berkumpul sekarang".

Share:

Kamis, 14 Maret 2019

Menyayangimu.

Menyayangimu adalah hal pertama dan terakhir yang paling ingin aku lakukan di dunia.

Aku yakin kamu tidak tahu. Bahkan kamu bilang tidak perlu pun tidak apa-apa. Aku tetap mau, karena aku sudah dengan sukarela melakukannya.

Menyayangimu adalah kebiasaan yang sudah terlalu biasa. Jadi ketika kamu pergi dan bilang tidak mau, aku kehilangan ritmenya.

Sakitnya luar biasa.
Bingung.
Hancur.
Porak poranda.
Dan, hampa.

Semesta mungkin sudah mengingatkanku sejak lama. Tapi mungkin aku terlalu sibuk menyayangi kamu sehingga aku tidak menggubrisnya.

Semesta mungkin sudah menunjukkannya sejak kamu mulai beranjak. Tapi mungkin aku terlalu nyaman menyayangimu sehingga aku tidak peduli dengannya.

Menyayangimu adalah satu-satunya hal yang pandai aku lakukan.

Aku berani bertaruh biar pun sudah begitu kamu tetap tidak melihatnya.

Namun, aku tak juga menguranginya. Terus begitu. Setiap waktu, seperti satu-satunya yang paling tak bisa ditinggalkan.

Tuhan, sepertinya aku lupa caranya berhenti.

Padahal menyayangimu adalah cara yang sama yang mungkin bisa membunuhku.

Seperti bom waktu. Tidak tahu entah kapan.

Namun, siapa peduli, jika aku harus mati besok pun menyayangimu akan tetap menjadi hal terakhir yang aku lakukan.

Share:

Selasa, 12 Maret 2019

Ekspektasi

Bisa jadi aku tak seperti apa-apa yang ada di angan-angan.
Tak usah terlalu ditinggikan.
Takut-takut nanti terbuai.
Akhirnya malah terburai.

•••
yang pernah dijatuhkan ekspektasi.
12 Maret 2019.

Share:

Senin, 04 Februari 2019

Selesai Tanpa Memulai.

Apa maksudmu selesai?.
Kita bahkan tidak pernah memulai.

Kita hanya garis yang saling bersinggungan di satu waktu.
Seiring pertambahan sumbu kita terus menjauh.

Kita hanya bulan dan matahari yang hampir tidak pernah digariskan bersama. Tidak, kecuali gerhana.
Kebersamaan kita menggelapkan sebagian dunia.

Kita hanya gelombang suara paus dan lumba-lumba.
Suara yang meniadakan keberadaan satu sama lain.

Kita hanya laut dan langit. Terus berhadapan di siang dan malam.
Namun, tak pernah mampu saling menggapai.

Kita hanyalah kutub magnet berbeda yang tak akan pernah bersatu.

Tidak ada arti lain.
Pertemuan kita mungkin hanya cara semesta bercanda.

Jangan berharap.
Karena itu menyakitiku dan menyakitimu.

Cerita kita tidak pernah selesai.
Karena cerita kita bahkan tidak pernah dimulai.

Di antara perpisahan.
Di antara tunggu yang tiada berakhir.
6 Februari 2019.

Share:

Jumat, 25 Januari 2019

UNSENT MESSAGE: Tanpa Tuan.

Dear Kamu,

Terima kasih telah menarik tanganku sebelum aku terhempas ke tanah.
Tanpa mu aku sudah hancur terburai.

Terima kasih telah merawat sayap yang patah, biar pun aku tak pernah benar-benar pulih.
Sekiranya usahamu terasa sia-sia aku minta maaf.

Terima kasih telah rela peduli denganku yang retak.
Sekiranya aku tidak melihat lukamu dan malah mematri luka di antara usahamu memperbaikiku, aku minta maaf.

Terima kasih pernah menuliskan ceritamu bersama, di saat dunia habis-habisan mencoret tulisanku untuknya.

Terima kasih sudah pernah menerimaku apa adanya.

Warmest Regards,
Aku.

Share:

Jumat, 18 Januari 2019

Beranjak Dewasa?

Bukannya kita sudah sama-sama dewasa?. Sudah paham mana yang menyembuhkan, mana yang membuat luka. Bahwa bisa saja harus atau memang tanpa sengaja.

Bukannya kita sudah sama-sama dewasa?. Sudah paham manusia adalah makhluk yang kompleks. Egonya, hatinya, lukanya adalah rahasia miliknya. Kamu tahu tapi belum tentu mengerti.

Bukannya kita sudah sama-sama dewasa?. Sudah seharusnya mengerti semua rasa adalah tanggung jawab kita sendiri. Sakit, bahagia, luka, senang, sedih, adalah milik kita sendiri.

Bukannya kita sudah sama-sama dewasa?. Lalu, kenapa masih ada kata tidak bertuju, dan cerita tidak bertuan darimu?.

Bukannya kita sudah sama-sama dewasa?. Lalu kenapa masih ada tunggu yang mengganggu, dan hilang yang melenggang lepas dari kita?.

Jangan-jangan kita memang belum dewasa?. Atau jangan-jangan kita tidak pernah mencobanya?.

Jangan-jangan setiap rasa yang belum selesai masih berkeliaran bebas mengais habis tanggung jawab kita terhadapnya?.

Jangan-jangan kita lupa luka kita hanyalah tanggung jawab kita sendiri?. Berakhir menyakitinya.

Jangan-jangan kita memang tak pernah menjadi dewasa, karena ego kita mengalahkan maaf kita?.

Share:

Jumat, 04 Januari 2019

Yang Hilang, Biarlah Hilang.

Jika kamu kehilangan, maka biarlah ia hilang. Apabila memang masih menjadi milikmu, ia akan kembali ditemukan. Jika Tuhan belum ingin mengambilnya, ia akan ditemukan.

Jika satu per satu hal paling berhargamu lepas, maka biarlah ia lepas. Terbang. Melenggang pergi. Biarkan ia bebas. Apabila ia masih menginginkanmu, ia akan kembali. Apabila ia masih ingin bersamamu, ia akan berhenti dan bertahan.

Jika suatu waktu mereka yang kamu cintai pergi, maka biarkan mereka pergi. Tinggalkan. Apabila mereka masih ingin ada di hidupmu, mereka akan kembali dan tinggal.

Jika akhirnya kamu diminta untuk merelakan, maka relakanlah. Ikhlaskan. Tuhan akan membayar kerelaanmu dengan kelapangan hati yang luar biasa.

Jika kamu berakhir disakiti. Akhiri saja. Kamu terlalu berharga untuk terus merasa sakit. Kamu berhak untuk sembuh dan kembali utuh.

Jika kita berakhir ditinggalkan. Tidak apa-apa. Kita masih bisa berdiri sendiri. Kita masih punya diri sendiri yang akan terus tinggal.

Dengan penuh kerelaan.
8 Januari 2019.

Share: