Hari ini aku melihat kembali ke belakang, dan sadar kamu masih di sana. Duduk tenang kembali, tanpa pernah melihatku. Jarak kita dekat; hanya hati, pikiran, dan rasa kita saja yang sudah lepas terlalu jauh. Atau memang langkahmu saja yang terus menjauh?.
Hari ini mungkin hari ke-100, atau lebih, dari terakhir kali aku berbicara denganmu. Hmm, hanya menyapa sebenarnya. Kamu yang memulai. Pagi ke-2 minggu ini jam 7.54, ya, mana mungkin aku lupa. Sebuah awal yang baik untuk pagiku yang membuatku pusing. Memberiku sedikit kepercayaan bahwa kamu mungkin tidak membenciku atau menghindariku. Walaupun, diriku yang lain masih membisikanku kemungkinan, kamu hanya terpaksa karena di tangga itu hanya ada aku dan kamu. Tapi, itu tak apa.
Hari ini mataku sepertinya kembali ke waktu dimana aku selalu bisa menemukanmu di banyaknya orang. Dan, mataku hari ini sepertinya lebih tahu kemana harus melihat. Atau hatiku yang tahu?.
Mungkin aku kesepian hari ini?. Mungkin aku hanya butuh kamu sebagai teman ceritaku, seperti dulu?. Mungkin aku hanya sangat merindukanmu?. Mataku hari ini menemukanmu di sudut ruangan. Mungkin aku hanya ingin mengaktifkan kembali kenangan?. Atau aku hanya ingin melihatmu, ah, bukan, menatapmu diam-diam. Sama seperti yang selalu kulakukan dulu, mencuri lihat kamu, berharap suatu waktu kamu juga akan menatapku kembali seperti apa yang kulakukan. Tapi tidak sekarang, aku tidak berharap kamu berbalik ke arahku, sehingga mata kita bertemu di satu waktu. Mungkin, suatu saat lagi aku akan berharap itu terjadi, tak apa, asal jangan ketika hati dan pikiran serta rasaku berantakan.
Aku masih percaya, bahwa mata kita adalah cerminan isi hati, pikiran, dan rasa kita. Dan itu membuatku begitu takut kamu bisa membacanya. Ya, karena aku tahu kamu selalu bisa membaca kebohonganku.
Mungkin aku terlalu pintar menghindar sekarang, atau jarak 5 langkah itu terlalu jauh untuk membuatmu sadar ada yang memerhatikanmu. Mungkin kamu memang sudah tidak akan pernah lagi melihat ke arahku. Ya, biarlah itu urusanmu, aku tidak peduli. Aku hanya peduli melihatmu sampai aku puas. Atau mataku yang peduli tentang itu?. Sepertinya aku peduli agar pikiran dan kepalaku tidak lagi kosong, atau agar diriku dan kepalaku sudah terlalu penuh denganmu agar aku terlalu jenuh untuk melihat dan mengingatmu lagi nanti?.
Kamu masih sama terlihat seperti dulu. Aku pun begitu. Hanya kita dan waktu yang berubah, sepertinya. Aku lupa apa alasanku dulu menyayangimu, atau aku bahkan tak pernah memiliki alasan itu. Aku tak terlalu peduli. Kamu, itu yang penting. Sekarang? Tepatnya hari ini aku rasa aku menemukan alasannya.
Kemudian, aku sadar setelah aku menemukan alasan itu, aku harus berhenti melihatmu. Aku harus menelaah lagi ketulusan rasaku. Menyortir lagi kepalaku dan kenanganku tentangmu. Karena hari ini aku sadar, ketulusan rasaku untukmu dapat dipertanyakan.
Karena, ketika aku menemukan alasan mengapa aku menyayangimu, maka ketulusan rasaku dapat dipertanyakan. Ya, bukankah sayang yang tulus itu tidak pernah menunjukan dan memerlukan alasan?.
Catatan mata kuliah fisiologi tumbuhan.
Depok, 1 November 2016
Kemudian, aku sadar setelah aku menemukan alasan itu, aku harus berhenti melihatmu. Aku harus menelaah lagi ketulusan rasaku. Menyortir lagi kepalaku dan kenanganku tentangmu. Karena hari ini aku sadar, ketulusan rasaku untukmu dapat dipertanyakan.
Karena, ketika aku menemukan alasan mengapa aku menyayangimu, maka ketulusan rasaku dapat dipertanyakan. Ya, bukankah sayang yang tulus itu tidak pernah menunjukan dan memerlukan alasan?.
Catatan mata kuliah fisiologi tumbuhan.
Depok, 1 November 2016