Tiga hari cukup untuk mendefinisikan dengan jelas arti 'kamu' bagiku.
Aku sangat berharap 'kamu' tidak pernah membaca tulisan ini.
21 Desember 2016
Denial.
Satu kata yang menggambarkan diriku hari ini. Selalu menggambarkan diriku selama ini lebih tepatnya.
Aku tahu betul siapa yang besok akan berulangtahun. Aku menghapalnya, melebihi hapalan rumus perhitungan jumlah putaran coiling untai DNA.
Aku hanya tidak peduli. Tidak peduli seperti apa ulang tahunnya besok. Aku tidak peduli untuk hadiah yang akan 'kamu' terima dariku seperti 2 tahun sebelumnya. Tidak peduli bagaimana aku harus merangkai kata-kata untuk memberimu ucapan selamat ulang tahun seperti di tahun-tahun sebelumnya. Tidak peduli doa seperti apa yang akan aku semogakan untukmu.
"Aku tidak peduli dan tidak ingin repot-repot peduli tentangmu. Perasaanku sudah tidak ada sangkut pautnya denganmu, aku sudah bebas."
Itu yang aku katakan dalam hati, entah karena aku begitu kecewa, entah aku meyakinkan diriku, entah aku mulai membentengi diriku kembali, atau aku hanya membohongi diriku dengan alasan yang bodoh.
Aku mungkin hanya begitu kecewa karena 'kamu' tidak memberiku ucapan selamat di hari ulang tahun ku. Padahal di hari ulang tahun ku, aku dan 'kamu' berada pada satu kelompok praktikum yang sama di salah satu mata kuliah, dan 'kamu' melihatku berkali-kali, melihat temanku mengucapkan selamat ulangtahun. Mungkin aku kecewa karena 'kamu' seperti baru mengenalku 1/2 hari yang lalu, bukan sejak 4/5 tahun yang lalu.
Aku tidak peduli, sampai aku dan 4 temanku yang duduk di salah satu meja di food court salah satu mall berada di satu topik pembicaraan tentang 'kamu'. Aku hanya bisa terdiam, bingung bagaimana masuk dalam topik tentangmu. Bingung bagaimana harus berekspresi, bingung harus bersikap seperti apa, bingung untuk menanggapi, bingung apakah aku harus mengangkat kepalaku atau sebaliknya. Parahnya, aku bingung kenapa hati terasa sakit, dan begitu terkejut. Wajar bukan kami sama-sama mengenalmu.
Aku tak mengerti bagaimana 'kamu' dapat begitu menginvasi kepalaku, karena setelah pembicaraan itu, sepanjang perjalanan pulang yang kupikirkan adalah 'kamu'.
Aku tiba-tiba bingung, apakah aku harus memberimu ucapan selamat ulang tahun?. Aku bahkan sampai repot-repot bertanya kepada sahabatku. Berpikir apa yang dapat kubuat dan kuberikan kepadamu sebagai ucapan selamat ulang tahun dalam waktu 2 jam.
22 Desember 2016
Akhirnya, pikiranku yang sudah kutanamkan sejak ulang tahunku kalah dengan ketakutanku terhadap rasa bersalahku padamu. Haha, bodoh? Aku berpikir begitu.
Hadiah? Ucapan? Apa yang dapat ku harapkan dari waktu 2 jam? Tentu saja sangat jauh dari hadiahku selama 2 tahun sebelumnya.
Aku rela menunggu pukul 00.00 untuk mengucapkannya, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan yang 'kamu' lakukan menjawab ucapanku jam 6 pagi dan meminta maaf karena tidak memberiku ucapan. Ya, aku tidak mempermasalahkannya.
Lalu, muncul pertanyaanku untuk diriku sendiri, "I tell to myself, I don't have feeling anymore towards him. But when someone telling a story or someone said his name in a conversation I suddenly notice it, silent, and my heart is aching. I keep him in my mind and being okay again towards him after the apologize. What is it means? ".
23 Desember 2016
Confession.
Hari ini penuh denganmu, walaupun 'kamu' tidak bersamaku. Pikiranku, langitku, laut yang kupandang, topik pembicaraanku, waktuku.
Kemudian yang kulakukan adalah bertanya pertanyaanku ke sahabat-sahabatku. Bodoh memang.
"Nay, is he worth it?".
Aku bahkan tak tahu cara menjawab pertanyaan itu. Mungkin aku hanya masih terlalu peduli tentangmu. Atau aku memang begitu menyayangimu.
Tiga hari, aku cukup menyadari bahwa 'kamu', someone who I care about even after all this time. Genap 5 tahun, tanpa pernah aku lupa hitungannya, tanpa pernah sekali pun aku benar-benar melepasmu. Tiga hari cukup menyadarkan aku, bahwa aku seaeorang yang banyak sekali melakukan denial.