Mengapa kita tidak belajar dari hujan?
Tentang bagaimana mengikhlaskan
Tentang penuhnya kesabaran
Tentang cara melepaskan
Tentang definisi kehidupan
Tentang cinta dan sayang
Tentang rindu
Tentang lagu dan nyanyian
Tentang melodi
Tentang dingin dan kehangatan
Tentang rasa
Tentang keinginan
Tentang lega
Tentang emosi
Tentang terimakasih
Tentang memaafkan
Tentang senyum, sendu, dan tangis
Tentang cerita, puisi, serta prosa
Mengapa kita tidak berterimakasih saja atas hadirnya?
Terimakasih kepada tuhan yang menciptakan
Terimakasih untuk waktu yang ia ulang
Terimakasih untuk kenangan yang kembali diputar
Terimakasih untuk kehidupan
Terimakasih untuk kamuflase
Terimakasih untuk pelangi setelah hujan
Terimakasih untuk aliran ide
Terimakasih untuk cerita dibawahnya
Terimakasih untuk mengetahui dimana rumah
Terimakasih untuk jutaan pelajaran
Mengapa tidak kau tersenyum ketika hujan turun?
Seperti katak hijau di pohon jati
Seperti pohon teratai di permukaan kolam
Seperti kucing yang bergelut manja di antara sofa
Seperti ikan yang menebar riak di sungai
Seperti anak kecil yang menapak genangan air
Mengenakan jas hujan merah sambil tertawa riang
Bukan kah kita dulu seperti itu?
Berhenti menangisi hujan, sayang.
Berhenti memaki karena basahnya.
Berhenti meratapinya, sayang.
Berhenti menunggunya berhenti.
Bukan kah dulu kita begitu berharap akan hadirnya?
Pada saatnya hujan pun akan berhenti
Pada saatnya pelangi akan muncul
Pada saatnya matahari akan lagi terik
Pada saatnya langit akan cerah
Dan, pada saatnya mendung akan pergi
Benar bukan semua ada waktunya?
Jangan menunggu, sayang.
Nikmati hadirnya.
Nikmati waktunya.
Relakan, sayang.
Seperti hujan merelakan airnya jatuh.
Bukankah tak akan ada pelangi yang indah tanpa hujan?
Tersenyumlah langit.
Tersenyumlah sayang.
Jakarta, 7 Juni 2016
Rumah di bawah hujan.