Jumat, 20 Mei 2016

I wish you're always okay.

I want to be there, like you used to be there for me.

As simple as I want you to be okay. Like that.

Am I wrong?

Sesungguhnya aku tak lagi mengharapkan balasan. Lagipula ini semua bukan tentang imbalan atau pun balas budi. Sesederhana tanda tanyaku. Tapi jawaban selalu datang dengan cara yang menyulitkan.

Aku bukan ingin tahu urusanmu. Atau ingin mencampuri kehidupanmu. Bukan pula ingin menggagumu. Aku semata-mata sesak melihatmu dengan masalahmu. Aku sesak melihat luka di matamu. Hanya itu.

Dan aku kembali mempertanyakan diriku. Apa aku sudah tidak lagi terlihat olehmu?. Apa aku bukan lagi sahabatmu?. Apa sudah putus silaturahmi aku denganmu?.

Aku harap tanya ku tidak salah.
Aku harap tanya ku bisa meringankanmu.

I still want to be there for you, except if you won't accept it.

I wish that I'm still your bestfriend.

I wish you're okay.
Best place for write, 20 Mei 2016.

P.s.
Harus tahu se-tidak konsentrasi itu sampai aku mengedit post ini 4 kali:")

Share:

Biarkan Aku

Biarkan saja dunia menjadikanku debu
Lalu meniupkanku ke setiap kaca rumah
Biarkan saja manusia menjatuhkanku
Lalu menendangku sejauh yang mereka bisa
Biarkan saja waktu mehilangkanku
Lalu mematriku di ruang hampa
Biarkan hujan membasahiku
Lalu menghanyutkanku hingga bermuda
Biarkan hatiku sendiri menyakitiku
Lalu habislah ragaku oleh rasa
Biarkan
Biarkan saja
Biarkan saja aku apa adanya
Lalu agar suatu saat semua tahu
Biarkan aku
Biarkan duniaku
Biarkan hatiku
Biarkan sampai kalian mengerti
Lalu tinggalkan saja aku

Share:

Minggu, 15 Mei 2016

When our eyes meet.

Aku selalu suka melihatmu. Seberapa pun besar jaraknya. Menemukanmu dibanyaknya kerumunan orang. Mencuri gambaranmu ketika kamu tidak melihat. Melihatmu sekejap lalu berpaling. Atau pun, menatapmu tanpa jeda.

Aku menyukainya.

Bahagia.

Melihatmu lalu sesaat kemudian senyumku mengembang. Mungkin, itu salah satu definisi sederhana dari bahagia, versiku.

Senyummu hal yang paling ku kagumi, yang paling kurindukan. Namun, ada lagi, hal yang paling aku takuti, mata. Sorotan mata yang terlihat bahagia, lalu sendu, lalu sedih, lalu sakit, lalu hampa.

Aku takut melihat matamu dan menemukan dirimu tersenyum dengan sorotan penuh luka. Selain itu, aku takut melihat matamu dan kita saling menatap.

Berhenti.

Dan, hancur sudah pertahananku.

-------------------------------

Suatu hari aku pernah membiarkan mataku berkeliling, lalu menemukanmu. Mencuri lihat tiap waktu kamu tidak melihat. Tersenyum ketika kamu tersenyum. Lalu, berhenti.

Suatu hari, pernah aku duduk di seberang ruangan, berusaha keras berkonsentrasi dengan materi di kelas. Membiarkan mataku mencari fokus yang pas. Lalu, aku menemukan mataku terfokus pada sudut lain ruangan, dimana ia duduk. Menatapnya. Lalu, mata kami bertemu.

Pernah suatu hari, aku menatapnya dan kamu balik menatapku. Lalu, aku terburu-buru menatap kearah lain begitu juga dengamu. Sekali lagi aku menatapmu, dan kamu kembali sedang menatapku. Kedua kali aku tak lagi bisa berpaling.

Badanku panas. Senyumku ragu.

Suatu saat pernah aku melihatmu dari jauh. Memandangmu lalu tersenyum. Lalu, ketika aku melihat matamu, sorotannya penuh luka dan amarah. Lalu, sorotannya hampa. Segera, aku menolehkan kepalaku ke arah lain.

Hari itu, hatiku perih. Aku ingin tahu, kenapa?

-------------------------------

Namun, aku tetap suka melihatmu. Mengagumimu dari jauh. Membiarkan matamu berbalik menatapku, lalu berpaling. Selanjutnya, matamu mereaksikan seluruh emosi dan rasa di jiwaku.

Aku tetap akan menyukainya.

Aku akan tetap menikmatinya, mengagumimu dari jauh.

Karena, hanya itu yang mungkin bisa kulakukan untuk menyukaimu dan tetap tidak kehilangan sosokmu. Hanya itu selain mendoakanmu.


Di bawah cerahnya langit malam
Di antara rindu terhadap seseorang
Depok, 15 Mei 2016

Share:

Selasa, 03 Mei 2016

2 May - 2 days

Apa waktu merindukan seseorang bisa diatur?. Apa yang salah dengan itu?.

Kalo aku bisa mengatur waktunya, pun aku mau. Ini bukan waktu untuk tenggelam dengan perasaanku. Ini waktu kajian tentang pergerakan kampus seharusnya kutuliskan. Tapi, hatiku menawar. Rasa ini ingin terselip diantaranya.

Dua hari lalu, di waktu senggang yang kupaksakan aku tahu rasa ini ada. Ada ketika aku melihat gambaran tokoh di film, lalu membayangkan seseorang. Aku tahu. Namamu muncul.

Aku? Kamu? Untuk apa aku berharap?. Aku hanya merindukanmu itu saja. Rasa untuk seseorang yang jauh dan jarang kulihat. Apa salah?. Bukan tentang rasa yang lain. Rindu. Itu saja.

Aku pikir rindu itu hanya mampir sebentar, lalu pergi. Tapi hingga hari ini, aku mulai bertanya, apa ini?. Bukan waktu yang tepat memang. Ketika kawan mahasiswa lain sibuk menuliskan kajian tentang aksi strategis kampus untuk hari pendidikan nasional, aku disini menuliskan rasaku. Tapi memang kenapa? Apa merindukan seseorang bisa kuatur waktunya?.

Aku ingin berhenti. Karena pada suatu waktu rasa ini akan terbentuk dalam bentuk yang lain. Aku takut. Ia terlalu jauh, sosoknya hanya seorang yang kukagumi otaknya, penampilannya, hatinya, dan sifatnya.

Kenapa aku merindukannya begitu hebat? Aku pun ingin tahu. Aku ingin merindukannya sewajarnya. Sambil lalu, kemudian berhenti. Aku ingin tahu kenapa tiba-tiba?.


Selamat hari pendidikan nasional.
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
#May2run
2 May 2016

Share: