Rabu, 31 Desember 2014

2014

2014.
Tahun ini aku belajar, berlari, menangis, tertawa, berjuang, berjuang, berjuaaaang.
Tahun ini penuh tawa dan penuh duka. Tahun ini aku berjuang untuk cita-citaku dan aku menangis karena gagal. Aku berjuang lagi, lagi. Pergi ke sana lalu ke situ. Dari jakarta sampai malang.
Tahun ini penuh penantian. Penantian nan panjang yang aku tak tahu kapan akhirnya. Aku menunggu, menunggu hasil kerja kerasku. Aku menunggumu lagi lagi.
Tahun ini aku tahu kebenaran. Aku mengerti rasa sakit aku tahu apa itu bahagia.
Tahun ini terlalu penuh kata selamat tinggal. Penuh air mata. Penuh kenangan.
Tahun ini..... kenangan lain. Cerita lain di hidupku.
Time flies. Meninggalkan tahun ini itu pasti, tapi apa yang terjadi tidak untuk kutinggal begitu saja.
Aku turut berduka atas segala duka kesedihan di tahun ini, dan aku terus bahagia atas segala kebahagian di tahun ini.
Selamat malam dan selamat tinggal selamanya 2014. xo

Share:

Selasa, 23 Desember 2014

Bahagia itu sederhana

"Iya makasihh banyak". "hati-hati yaa". "selamat istirahat". "jangan lupa makan". Sebagian, sedikit. Bahagia itu sederhana. Sesederhana kalimat yang dia ucapkan untukku. Sesederhana obrolan yang aku dan dia bisa dapatkan. Sesederhana bunyi langkah kaki kami ketika bersama. Sederhana seperti deru jantungku yang kemudian bertambah cepat karena dia. Sederhana seperti tawanya dan senyumnya. Tawa itu..... aku bahagia mendengarnya, senyumnya aku bahagia melihatnya. Bahagiaku itu sederhana. Karena ketika dia bahagia, itu sudah cukup bagiku. Bahagiaku, dia.

Desember, 2014.

Share:

Kamis, 04 Desember 2014

Dear dunia...

Dear dunia.
Aku seorang perempuan yang polos yang telah kau ubah. Yang sudah mengerti rasanya dicaci, dihina, dijauhi. Aku yang dengan buruk kau perlakukan. Aku sudah tahu, aku tidaklah sempurna. Sama sepertimu bukan? Apakah kau sempurna? Maaf Tuhan menciptakan aku sederhana dan apa adanya. Maaf aku bukan seorang yang cantik, manis, dan disukai. Aku bukan orang kaya nan berada. Tuhan memperkayaku dengan hati yang besar. Aku tidak memerotesmu karena kau membenci ku. Aku menulis ini karena aku tidak ingin meluapkan apa yang ada di dalam dengan ledakan emosi. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun, semoga kau pun begitu kepadaku. Berhenti menghakimiku. Kau tidak sedikit pun mengerti aku dan alasanku. Maaf aku bukan seperti kau, kalian, dan mereka. Maaf aku hanyalah diriku.

Kaum minoritas yang terus disingkirkan.

Share: